02 Januari 2010

Ombak Rutinitas

"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah Rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan "
(Roma 12 : 11)

Di sebuah desa yang terpencil, hiduplah seorang buruh tani yang sangat miskin. Ia hidup sebatang kara. Istri dan anak2nya pergi karena sudah terlalu lama si petani itu meninggalkan mereka untuk mengikuti saran dari "orang pintar" yang didatanginya. "Aku tahu jalan keluarnya, "kata orang pintar tersebut. "Pergilah ke sebuah pantai yang berada tepat di balik perbukitan itu. Carilah sebuah batu ajaib yang dapat mengubah benda apapun menjadi emas. Batu itu akan terasa agak hangat ditanganmu, seperti ketika engkau memegang makhlik hidup," lanjutnya.

Tanpa pikir panjang, petani tersebut pergi meninggalkan desanya dan keluarganya menuju pantai yang dimaksud. Setiap hari dia memungut batu, merasakan suhu batu tersebut lalu membuangnya kelaut setelah tahu kalau batu genggamannya itu dingin2 saja. Satu batu, dua batu, tiga batu dipungutnya dan dilemparkannya kembali ke dalam laut. Malam harinya dia masuk ke sebuah gua kecil untuk beristirahat. Keesokan harinya dia lakukan hal yang sama. Satu hari, dua hari, satu minggu, dua minggu, dia lalui dengan baik. Begitu seterusnya. Tak terasa setahun sudah dia berada di pantai tersebut. Sehingga menggenggam dan membuang batu sudah menjadi kebiasaannya, dan karena sudah terbiasa itulah maka petani itu tidak lagi sungguh2 dalam merasakan suhu batu tersebut. Sehingga dia melakukan rutinitasnya tanpa memperdulikan lagi tujuan semula yang ia cari yaitu batu ajaib. Maka hilanglah kesempatan untuk memiliki hidup yang lebih baik. Karena tapa sadar mungkin batu yang dia cari itu sudah ada digenggamannya tapi dia melemparkannya juga ke laut.

Kebiasaan atau rutinitas memang menjadi masalah yang tersembunyi yang mungkin terluput dari kesadaran banyak orang. Pertama kali kita mengenal Yesus kita akan menggebu-gebu mengikuti seluruh kegiatan gereja bahkan kalau perlu setiap hari kita ada di gereja. Begitu lulus dari sekolah theologia kita akan bersemangat berkotbah, berkunjung atau mengajar atau mungkin awal-awal kita masuk dalam suatu pelayanan membuat kita lupa waktu karena hampir seluruh waktu kita gunakan untuk melayani dan itu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi kita. Tetapi seiring dengan berlalunya waktu api pelayanan, rasa cinta kita pada Tuhan akan pudar dan semua itu hanya menjadi satu kebiasaan atau rutinitas yang harus kita jalani. Yang penting tugas selesai. Dan kita tidak pernah merasakan makna dari semua yang kita lakukan karena kita sudah terhempas oleh "ombak rutinitas". Bagaimana dengan saudara2 hari ini, tahun sudah akan berganti masihkah semuanya sama seperti pertama kali kita melakukannya? Semangat dan keluar dari ombak rutinitas kita ... !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.:: Copyright ::.


This Blog is a registered trademark of DJEVEE Group All rights reserved.
Copyright © October 2009
Powered by Djevee